ALAT UKUR DIMENSI POHON
Dimensi pohon merupakan beberapa parameter dari suatu individu pohon
yang dapat diukur. Dimensi pohon tentu saja berbeda dengan dimensi
tegakan dimana objek dalam pengukuran dimensi pohon adalah individu
pohon itu sendiri sedangkan objek dalam pengukuran dimensi tegakan
adalah kumpulan individu-individu pohon.Menurut Husch et al. (2003), dimensi pohon terdiri dari umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi, bentuk batang, dan kerapatan tajuk. Sedangkan menurut Van Laar & Acka (2007), suatu individu pohon memiliki beberapa parameter yang dapat diukur antara lain; umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi total, tinggi kayu pertukangan, volume total, volume kayu pertukangan, bentuk batang, ketebalan batang, dan riap.
Akan tetapi secara umum terdapat dua parameter yang paling sering diukur, yaitu diameter dan tinggi pohon.
Alat Ukur Diameter Pohon
Diameter pohon yang biasa di ukur adalah diameter setinggi dada (dbh,
diameter at breast hight) atau pada ketinggian 130 cm dari permukaan
tanah. Di Amerika ketinggian yang digunakan adalah 1,37 meter di atas
permukaan tanah, sedangkan di Jepang dan Korea 1,2 meter. Selain itu ada
beberapa istilah seperti diameter pangkal, diameter pada posisi 0,1
tinggi pohon, dan diameter ujung.Ada beberapa metode/ketentuan dalam pengukuran diameter pohon. Beberapa ketentuan tersebut diatur dalam PP No 33 tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan IHMB antara lain:
- Pengukuran diameter pohon biasa di tempat yang miring, pengukuran dilakukan pada permukaan yang lebih tinggi, 130 cm di atas permukaan tanah.
- Pengukuran diameter pohon miring pada tempat yang datar, pengukuran dilakukan 130 cm di atas permukaan tanah mengikuti arah condong pohon atau sejajar pohon.
- Pengukuran diameter pohon berakar nafas, pengukuran dilakukan 130 cm di atas akar nafas.
- Pengukuran diameter pohon yang berbanir, pengukuran dilakukan 20 cm di atas banir.
- Pengukuran diameter pohon yang bercabang pada ketinggian < 130 cm, maka pengukuran dilakukan di 2 batang tersebut.
- Pengukuran diameter pohon yang bercabang pada ketinggian ≥ 130 cm, maka pengukuran dilakukan 1 batang.
Alat ukur diameter pohon:
1. Phi band
Phiband merupakan alat ukur diameter pohon yang dapat juga digunakan sebagai alat ukur jarak/panjang karena selalin memiliki skala diameter dalam cm dan meter juga memiliki skala pengukur jarak/panjang dalam cm, meter, dan inchi. Biasanya dalam satu gulung phi band memiliki panjang 30 meter. Bagian-bagiannya antara lain:
A : wadah pita
B : penggulung
C : skala
D : pita
E : pengait
Cara penggunaan:
- Tentukan lokasi pengukuran diameter
- Lilitkan/lingkarkan phiband pada batang pohon dan baca skalanya.
2. Caliper (apitan pohon)
Caliper atau apitan pohon memiliki bentuk dan cara kerja seperti jangka sorong. Bagian-bagian caliper antara lain:
A : kaki tetap
B : kaki bergerak
C : skrup pengunci
D : skala
Cara penggunaan:
- Apitkan kaki tetap dan kaki bergerak pada batang pohon yang akan diukur, kemudian catat diameternya.
- Pengukuran dilakukan dua kali, yaitu pada sisi lainnya yang tegak lurus dengan pengukuran pertama.
- Hasil pengukuran diameter adalah rata-rata dari kedua pengukuran di atas.
3. Biltmore Stick
Biltmore stick digunakan untuk menaksir diameter suatu pohon dengan cepat. Karena tujuan utamanya untuk menaksir, maka sebaiknya alat ini bukan digunakan untuk mengukur diameter dalam rangka penaksiran potensi, namun lebih digunakan untuk mengukur kelas diameter.
Bagian-bagiannya:
A : skala dalam cm
B : jarak antara mata dan alat
C : lubang pegangan
Cara pemakaian:
- Himpitkan sisi angka 0 biltmore pada salah satu sisi pohon.
- Kemudian pada jarak sebesar S, lihat batas sisi pohon disebelahnya dan himpitkan dengan skala diameter pada alat.
4. Bitterlich Stick
A : visir bidik
B : celah bidik
C : tongkat
Bitterlich stick sebenarnya merupakan alat untuk mengukur luas bidang dasar tegakan, akan tetapi dapat pula digunakan untuk menghitung diameter secara btidak langsung.
Caranya:
- Tentukan BAF alat dengan rumus : 2500 x (a2/b2), dimana a adalah lebar celah (gambar B) dan b adalah panjang tongkat (gambar C)
- Kemudian bidik batang pohon yang akan diukur hingga posisi batang tepat pas sebesar celah B.
- Ukur jarak antara pohon dengan pengukur.
- Diameter dapat dihitung dengan rumus:
Terdapat 3 istilah posisi batang pohon yang dibidik, yaitu:
IN : Jika batang pohon lebih kecil dari lebar celah
OUT : jika batang pohon lebih besar dari lebar celah
Border : Jika batang pohon sama besar dengan lebar celah.
5. Spiegel Relascope Bitterlich
Alat ini dapat digunakan untuk mengukur diameter, tinggi, serta luas bidang dasar.
Bagian-bagiannya:
A : celah untuk mengamati objek
B : visier bidik
C : pengatur cahaya
D : lubang cahaya
E : knop penggerak skala tinggi
F : skrup
a. Tipe Wide scale
Bagian-bagian wide scale
a, b, c, d, e, f, g, h, i : Mengukur tinggi dengan jarak datar 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20 meter.
b. Tipe Metric scale
Bagian-bagian metric scale
- Mengukur tinggi dengan jarak 20 m
- Mengukur diameter / LBDS dengan BAF 1
- Mengukur diameter dengan BAF 1
- Mengukur tinggi dengan jarak 25 m
- Mengukur tinggi dengan jarak 30 m
- Mengukur diameter / LBDS dengan BAF 2
- h. i. j. mengukur jarak datar 15 m, 20 m, 25 m, 30 m.
Metode pengukuran diameter:
- Dapat menggunakan BAF 1 atau 2, khusus untuk wide scale, skala pita hitam putih yang paling kanan adalah BAF 1.
- Dengan rumus BAF = 2500 x (diameter2/ jarak2), maka kita dapat mengatur jarak datar sesuai kondisi lapangan.
- Jadi, misalkan pada BAF 1, jarak datar 20 meter, maka satu strip pita putih besar menunjukkan diameter sebesar 40 cm, dan satu strip pita hitam/putih kecil adalah 10 cm.
- Maka, ambil jarak datar sebesar 20 m dari pohon yang akan diukur, kemudian bidik batang pohon, dan proyeksikan pada pita BAF 1. Hitung diameternya.
6. Telerelaskop
Hampir sama dengan SRB proses kerjanya, namun memiliki kemampuan 4x perbesaran.
7. Criterion Laser
Dapat mengukur diameter dan tinggi pada skala yang besar. Menggunakan laser dalam prinsip kerjanya
8. Pentaprism
Menggunakan prinsip perpindahan cahaya dalam prisma untuk mengukur diameter.
Sumber:
[Tim Dosen]. Modul Praktikum Inventarisasi Sumberdaya Hutan. Bogor: Fahutan, IPB.
Van Laar A, Akca A. 2009. Forest Mensuration. Dordhdretch: Springer.
Husch B, Beers T, Kershaw JA. 2003. Forest Mensuration. Ney Jersey: John Willey and Son.
Brack C. 1999. Forest Measurement and Modelling. http://fennerschool-associated.anu.edu.au/mensuration/overview.htm [11 Juni 2012]